About Author

Seo Services

Featured Posts

[Travel][feat1]

Newsletter

Seo Services

Panorama Puncak Pekalongan

Juli 30, 2018
Pekalongan adalah kota kecil di sisi utara pantai jawa yang memiliki banyak potensi. Wilayah pekalongan terbagi menjadi kawasan Kota dan Kabupaten. Kota pekalongan sangat terkenal dengan batiknya, sedangkan untuk kabupaten pekalongan belum terlalu menonjol. Namun secara wilayah kota pekalongan hanya seperberapa dari wilayah kabupaten pekalongan.
Ada sisi menarik dari kabupaten pekalongan yang ingin saya ceritakan, wilayah yang meliputi pantai hingga pegunungan bahkan beberapa wilayah sudah hampir memasuki dataran tinggi dieng. Dari wilayah seluas ini hanya ada beberapa tempat yang terpublikasi.
Puncak pekalongan, saya sendiri tak tahu dimana yang saya tahu hanya salah satu puncak pekalongan yaitu di kecamatan Petungkriyono. Kecamatan ini punya potensi wisata yang luar biasa, infrastruktur jalan sudah di perbaiki hingga akses untuk kesini tak lagi sulit.
Disini banyak sekali air terjun, namun yang sudah dikelola oleh masyarakat hanya air terjun (curug) Muncar. Saya akan memperkenalkan kawan dekat dari curug muncar, yaitu curug gunung bajing. Pemerintah kabupaten pekalongan memang kurang merawat tempat tempat eksotis di wilayahnya, bisa jadi karena tidak ada akses angkutan mengakibatkan tempat tempat ini sulit dikunjungi oleh umum.
Curug gunung Bajing berjarak lebih dari 30 km dari pusat kota, jalanannya beliku dan dihiasi dengan jurang. Kanan kiri jalan ada yang tebing, jurang, sawah dengan view yang luar biasa. Jalan menuju ke curug gunung Bajing 80% sudah mulus, Cuma di jalan terakhir menuju ke curug menyempit dan kurang bagus. Namun perjalanan panjang akan terbayar lunas ketika kita sudah sampai, benar benar maha besar tuhan yang menciptakan alam ini dengan sempurna.
Di curug ini sangat cocok untuk mencari kedamaian jiwa, ketenangan, dan menghilangkan stress. Tempat ini memang sangat cocok untuk menghilangkan beban pikiran karena suasana yang begitu tenang, hanya ada suara alam yang akan menemani kita. Jadi sekali sekali kalau lagi stress atau galau coba dengarkan suara alam agar kita bisa lebih mensyukuri nikmat tuhan.


Panorama Puncak Pekalongan Panorama Puncak Pekalongan Reviewed by Jelajah Pekalongan on Juli 30, 2018 Rating: 5

Keseharian Pekalongan

Juli 30, 2018
Pekalongan merupakan salah satu kota pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah yang berlokasi sekitar 100 km sebelah barat Semarang. Dijuluki sebagai kota batik, Pekalongan menjadi salah satu sentra industri batik terbesar di Indonesia. Namun demikian, banyak hal menarik dari kota Pekalongan yang belum banyak diketahui. Berikut beberapa hal menarik tentang Kota Pekalongan
Limbah Tahu sebagai Bahan bakar
Selain industri batik, Pekalongan juga menjadi pusat pertumbuhan industri produksi tahu. Namun siapa yang sangka, tak jarang dari warganya yang berada di Kelurahan Duwet yang memanfaatkan limbah produksi tahu sebagai bahan bakar. Bahkan setelah dibangun Instalasi Pengolahan Limbah Tahu, banyak masyarakat Pekalongan yang meninggalkan elpiji dan beralih memanfaatkan limbah produksi tahu sebagai bahan bakar.
Penggunaan Tong Goyang
Saat semua daerah baru menggunakan tempat sampah organik dan anorganik, Pekalongan telah menggunakan tong sampah goyang yang bisa menghasilkan kompos dalam kurun waktu sebulan. Selain menjaga lingkungan tetap bersih, penerapan tong sampah goyang ini terbukti bisa mengurangi emisi karbon dari sektor sampah.
Kerajinan Batik dari Limbah
Siapa yang sangka, dari limbah kertas bekas pembungkus semen dan timah ternyata bisa diolah menjadi batik. Setidaknya itu yang dilakukan masyarakat Pekalongan dalam menciptakan kreasi batik. Bungkus bekas semen yang berasal dari Tiongkok, Singapura, dan Malaysia, di tangan orang Pekalongan bisa disulap menjadi produk batik, yang bahkan dieskpor ke Malaysia.
Kota Kreatif Dunia
Pekalongan yang dikenal sebagai kota kecil yang jauh dari ingar-bingar dunia politik, ternyata oleh Direktur Jendral UNESCO, Irini Bokova, ditetapkan sebagai Kota Kreatif Dunia sejak Desember 2014 silam. (Ibo/Nad)

Keseharian Pekalongan Keseharian Pekalongan Reviewed by Jelajah Pekalongan on Juli 30, 2018 Rating: 5

Transportasi Pekalongan

Juli 30, 2018
Stasiun Pekalongan
Kota Pekalongan mudah dijangkau karena merupakan kota perlintasan Jakarta-Surabaya. Di Pekalongan terdapat Fasilitas Transportasi:
  • Stasiun Pekalongan, semua kereta api penumpang berhenti di stasiun ini kecuali Kereta api Argo Bromo Anggrek malam
  • Terminal Bus Tipe A Pekalongan
  • Terminal Bayangan Ponolawen
  • Terminal Angkot Sayun
  • Terminal Angkot Banjarsari
  • Terminal Angkot Slamaran
  • Terminal Angkot Grogolan



Transportasi Pekalongan Transportasi Pekalongan Reviewed by Jelajah Pekalongan on Juli 30, 2018 Rating: 5

Sejarah Kota Pekalongan

Juli 30, 2018

Nama Pekalongan sampai saat ini belum jelas asal-usulnya, belum ada prasasti atau dokumen lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan, yang ada hanya berupa cerita rakyat atau legenda. Dokumen tertua yang menyebut nama Pekalongan adalah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda (Gouvernements Besluit) Nomor 40 tahun 1931:nama Pekalongan diambil dari kata ‘Halong‘ (dapat banyak) dan dibawah simbul kota tertulis ‘Pek-Alongan‘.
Kemudian berdasarkan keputusan DPRD Kota Besar Pekalongan tanggal 29 januari 1957 dan Tambahan Lembaran daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1958, Serta persetujuan Pepekupeda Teritorium 4 dengan SK Nomor KTPS-PPD/00351/II/1958:nama Pekalongan berasal dari kata ‘A-Pek-Halong-An‘ yang berarti pengangsalan (Pendapatan).
Pada pertengahan abad XIX dikalangan kaum liberal Belanda muncul pemikiran etis-selanjutnya dikenal sebagai Politik Etis yang menyerukan Program Desentralisasi Kekuasaan Administratip yang memberikan hak otonomi kepada setiap Karesidenan (Gewest) dan Kota Besar (Gumentee) serta pemmbentukan dewan-dewan daerah di wilayah administratif tersebut. Pemikiran kaum liberal ini ditanggapi oleh Pemerintah Kerajaan Belanda dengan dikeluarkannya Staatbland Nomor 329 Tahun 1903 yang menjadi dasar hukum pemberian hak otonomi kepada setiap residensi (gewest); dan untuk Kota Pekalongan, hak otonomi ini diatur dalam Staatblaad Nomor 124 tahun 1906 tanggal 1 April 1906 tentang Decentralisatie Afzondering van Gelmiddelen voor de Hoofplaatss Pekalongan uit de Algemenee Geldmiddelen de dier Plaatse yang berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menandatangani penyerahan kekuasaan kepada tentara Jepang. Jepang menghapus keberadaan dewan-dewan daerah, sedangkan Kabupaten dan Kotamadya diteruskan dan hanya menjalankan pemerintahan dekonsentrasi.
Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus oleh dwitunggal Soekarno-Hatta di Jakarta, ditindaklanjuti rakyat Pekalongan dengan mengangkat senjata untuk merebut markas tentara Jepang pada tanggal 3 Oktober 1945. Perjuangan ini berhasil, sehingga pada tanggal 7 Oktober 1945 Pekalongan bebas dari tentara Jepang.
Secara yuridis formal, Kota Pekalongan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Jawa Barat/Jawa Tengah/Jawa Timur dan Daerah Istimewa Jogjakarta. Selanjutnya dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, maka Pekalongan berubah sebutannya menjadi Kotamadya Dati II Pekalongan.
Terbitnya PP Nomor 21 Tahun 1988 tanggal 5 Desember 1988 dan ditindaklanjuti dengan Inmendagri Nomor 3 Tahun 1989 mengubah batas wilayah Kotamadya Dati II Pekalongan sehingga luas wilayahnya berubah dari 1.755 Ha menjadi 4.465,24 Ha dan terdiri dari 4 Kecamatan, 22 desa dan 24 kelurahan.
Sejalan dengan era reformasi yang menuntut adanya reformasi disegala bidang, diterbitkan PP Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 32 Tahun 2004 yang mengubah sebutan Kotamadya Dati II Pekalongan menjadi Kota Pekalongan.
Sejarah Kota Pekalongan Sejarah Kota Pekalongan Reviewed by Jelajah Pekalongan on Juli 30, 2018 Rating: 5

Ragam kekayaan Budaya di Pekalongan

Juli 30, 2018
Wisata Budaya di Pekalongan didominasi oleh pengaruh budaya Islam. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang berwisata ke makam-makam penyebar agama Islam di seperti Makam Mbah Gendhon Desa Kauman Kesesi, Makam Wali Agung Rogoselo Doro, Makam Syekh Siti Jenar di Desa Lemahabang Doro, Makam Hoo Tjin Siong Doro dan lain sebagainya.
  1. Khoul. Merupakan upacara keagamaan yang diselenggarakan setiap tanggal 14 Sya’ban setahun sekali untuk mengenang jasa-jasa Habib Akhmad bin Abdullah bin Tholib Al Athas, yang semasa hidupnya merinis penyebaran agama Islam di Jawa.
  2. Lopisan. Lopisan yang juga biasa disebut Syawalan atau Krapyakan, merupakan acara adat bagi umat Islam yang berada di Pekalongan dan sekitarnya, dimana akan diadakan prosesi pemotongan kue lapis raksasa berdiameter 150 cm, berat 185 kg dan tinggi 110 cm, dan diselenggarakan satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Tradisi Krapyakan ini telah rutin diselenggarakan oeh masyarakat kota Pekalongan sejak 130 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1855 oleh KH. Abdullah Sirodj.
  3. Simtudduror . Biasa disebut “Duroran”, merupakan kesenian tradisional yang bernafaskan Islam dengan menggunakan Rebana dan Tanjidor sebagai pengiringnya. Kesenian ini beranggotakan 15-20 orang dan melantunkan puji-pujian atau shalawatan sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan keselamatan dunia dan akhirat. Kesenian ini dapat diadakan pada saat pembukaan hajatan atau selamatan yang diselenggarakan oleh para warga kota Pekalongan.
  4. Sintren. Tarian bernuansa mistis ini bersumber dari kisah cinta Sulasih dan Sulandono. Tersebut dalam kisahnya bahwa Sulandono adalah putra Ki Baurekso, buah perkawinan dengan Dewi Ramtasari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih, seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan keduanya tidak mendapat restu dari Ki Baurekso. Akhirnya Sulandono pun memilih untuk bertapa, sementara Sulasih menjadi seorang penari. Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib. Tari Sintren ini diperankan oleh gadis perawan, dibantu oleh seorang pawang dan pemain gendhing sebanyak 6 orang. Sesuai perkembangan waktu, maka tarian ini dilengkapi dengan penari pendamping dan “bador” (lawak).
  5. Batik. Seni membatik di Pekalongan sudah sangat terkenal di dunia, diantaranya motif Jlamprang, Cuwiri, Garuda Madep, Galaran dan banyak lagi. Batik Pekalongan memiliki ciri tersendiri di dalam segi motif maupun warnanya. Wara atau motif batik Pekalongan banyak dipengaruhi oleh gaya dan tradisi Tiongkok kuno.


Ragam kekayaan Budaya di Pekalongan Ragam kekayaan Budaya di Pekalongan Reviewed by Jelajah Pekalongan on Juli 30, 2018 Rating: 5

Apem Kesesi Tempat Wisata Kuliner Legit Khas Pekalongan

Juli 30, 2018

email
Apem Kesesi Khas Pekalongan
Apem Kesesi Khas Pekalongan
Warnanya Terang, Tidak Kusam, Kelihatan Tidak Halus Seperti Ada Gelembung Udara
Jajanan tradisional yang satu ini masih eksis sampai sekarang dan menjadi primadona di daerah Kesesi, salah satu kecamatan di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dan berbatasan dengan Kabupaten Pemalang. Namanya Apem Kesesi. Apem yang sering dikenal dengan nama Apem Comal ini sebenarnya dibuat di Kesesi. Biasanya banyak dijual di Pasar Kesesi, Pasar Comal atau industri rumahan di Desa Bantul.
Menurut warga Kesesi, penjual apem yang paling terkenal dan legendaris adalah Mak Menis, alamatnya di selatan pasar. Pembuatan apem sangat unik. Menurut legenda, hanya daerah Kesesi tepatnya di Dukuh Bantul yang dapat membuat Apem dengan sempurna dan dengan kualitas yang baik. Di daerah itu katanya airnya sangat baik untuk membuat Apem. Selain daerah itu dapat juga membuat Apem, tetapi tidak dapat sebaik yang dibuat di daerah Bantul. Makanya tidak semua apem yang dibuat di Kesesi selalu enak rasanya.
Bahan untuk membuat Apem berupa tepung beras dan gula merah/ gula jawa/ gula aren. Sedangkan peralatan yang digunakan juga unik berupa Dandang, anyaman, sarangan dan daun. Anyaman dan sarangan dibuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat mencetak  Apem. Peralatan ini belum tergantikan oleh plastik atau sejenisnya seperti perkembangan jaman sekarang.
Apem yang baik, kalau dimakan enak, tidak “nggedadel” (bahasa Kesesi) atau agak lengket di mulut. Kalau dilihat warnanya terang, tidak kusam, kelihatan tidak halus tapi seperti ada gelembung-gelembung udaranya. Untuk lebih gurih, kadang ada pedagang yang sengaja menaruh irisan kelapa (bukan parutan) di atas Apem.
Adapun cara pembutan Apem Kesesi ini yaitu Beras dicuci bersih, lalu direndam selama dua malam, kemudian digiling sampai menjadi tepung, setelah itu tepung diuleni / diaduk rata sampai berbentuk adonan. Gula merah dicairkan lalu adonan dicampurkan menjadi satu dan di cetak. Setelah cicetak lalu dikukus selama 10 menit.
Setiap harinya pembuat Apem memproduksi untuk dipasarkan di Pasar Kesesi dan di Pasar Comal Kabupaten Pemalang. Makanya Apem ini lebih dikenal sebagai Apem Comal bukan Apem Kesesi  padahal dibuatnya di Dukuh Bantul Kesesi, Bahkan sekarang bagi Anda yang membutuhkan dapat pesan melalui SMS.

Apem Kesesi Tempat Wisata Kuliner Legit Khas Pekalongan Apem Kesesi Tempat Wisata Kuliner Legit Khas Pekalongan Reviewed by Jelajah Pekalongan on Juli 30, 2018 Rating: 5

Kopi Tahlil Tempat Wisata Kuliner Unik di Pekalongan

Juli 30, 2018

email
Kopi Tahlil Khas Pekalongan
Kopi Tahlil Khas Pekalongan
Kopi Ini Dikombinasikan Dengan Beberapa Rempah
Pekalongan mempunyai banyak kekayaan kuliner yang wajib anda coba, entah itu dalam bentuk makanan maupun minuman. Ada satu minuman yang sangat khas dan hanya ada di Pekalongan saja. Nama minuman tersebut adalah Kopi Tahlil. Anda bisa menemukan penjual minuman ini di sekitar Alun-alun Kota Batik.
Setiap malam, tenda-tenda penjaja kopi bermunculan di beberapa sudut jalan kota Pekalongan dan semua memberi label yang sama untuk dagangan mereka: "Kopi Tahlil". Kopi Tahlil bukan hanya menyajikan cita rasa kopi yang berbeda dengan biasanya, tapi juga memberikan cerita sejarah asal mula tradisi ini muncul. Konon, kopi merupakan hidangan wajib bagi setiap acara Tahlilan yang diadakan oleh warga yang baru kehilangan sanak familinya.
Yang membedakan Kopi Tahlil dengan Kopi lainnya adalah Kopi ini dikombinasikan dengan beberapa rempah nusantara seperti jahe, kapulaga, cengkeh, kayu manis, pandan, batang serai, dan pala. Kita juga bisa menambahkan susu kental manis di dalamnya. Jadi saat menyeruput Kopi ini, rasa hangat langsung menjalar di seluruh tubuh. Badan yang tadinya pegal-pegal, langsung segar kembali seperti mendapat energi tambahan setelah minum Kopi ini.
Harga segelas Kopi Tahlil umumnya cukup murah. Salah satu teman untuk menikmati Kopi Tahlil ini adalah Ketan Kinca. Ketan dengan parutan kelapa yang gurih diguyur dengan kinca alias gula merah cair menghasilkan paduan asin-manis yang serasi. Kopi ini paling cocok diminum di malam yang dingin atau saat musim penghujan.

Kopi Tahlil Tempat Wisata Kuliner Unik di Pekalongan Kopi Tahlil Tempat Wisata Kuliner Unik di Pekalongan Reviewed by Jelajah Pekalongan on Juli 30, 2018 Rating: 5
ads 728x90 B
Diberdayakan oleh Blogger.